Kamis, 05 Maret 2015

Tengkurup

Aku lelah
Mengikuti jaman
Yg tak pernah lekang

Aku lelah menentang
Keinginan

Aku lelah hidup sendiri
Sendiri dalam arti sedihku simpan sendiri
Beban hidup ku sendiri
Biaya hidupku sendiri

Dibalik orang tua yang masih saja banyak menuntut
Yg kesemua maunya minta diturut

Mereka lupa
Ketika dibilang belum saatnya saya sudah mulai bekerja
Berkarya

Demi recehan yang biasa disebut uang saku
Sampai bea sekolah yang harusnya masih tanggungan bapak ibu..

Tak ubahnya jual diri ku jadi sales
Mindless

Cleverless

Yg setiap bekerja bukan pengalaman dan nilai intelektual yang di pertimbangkan

Tapi hanya nama identitas diri
Dan foto full body
Apalagi foto nya seksi
Mengundang birahi

Memang penghasilan nya tak kalah dengan pegawai bank yg berpakaian rapih .
Yang tampak suci bermodalkan otak dan skill berfikir
(Tampaknya)

Tapi indonesia slalu ber birokrasi
Mau kerja ya bayar biar lolos
Biar licin layaknya belut
Biar lancar seperti bus tanpa kenal hukum jalanan

Mau sukses ya beli saja kartu keberuntungan
Ini gambling

Lalu saya mulai berhenti
Berhenti berfikir
Dan kembali ke kemampuan naluriah saya pribadi

Lukis? Seni?
Makeup artis

Yaa...meski pas pasan
Setidaknya dalam usaha ini tidak ada sistem outsourching...

Meski tidak setiap hari

Namun si tukang coret warna ini masih saja berapi api
Masih berambisi
Mencoret namanya di selembar kertas
Dengan embel embel sarjana
Tanpa bayar di muka

Mampunya hanya mengais beasiswa
Dan itu tidak cukup meng cover semua bea nya...

Dia masih saja tampak sombong
Mengangkat kepalanya
Seakan tegar seakan selalu lebih

Bukan apa
Hanya tak ingin dunia mengasihaninya
Hanya tak ingin dirinya di rundung kecemasan yang tak hentinya

Cemas
Kepada siapa dia akan bercerita

Cemas
Karena dia adalah saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar